Langsung ke konten utama

Mentalitas Berbagi Generasi Harus Dilatih Sejak Dini

Mentalitas Berbagi Generasi Harus Dilatih Sejak Dini

Ada pepatah mengatakan “mengajarkan anak sejak dini bagai melukis di atas batu, sedangkan mengajarkan ilmu kala anak sudah besar bagai melukis di atas air.”

Pepatah ini sering kita dengar untuk menggambarkan bagaimana pelajaran yang diberikan pada anak usia dini akan melekat dalam benak mereka sampai usia dewas. Jika pendidikan kita artikan tidak sebatas ruang kelas sekolah formal ini berarti sangat ideal jika seorang anak sejak dini diajarkan untuk berbuat baik dalam hal ini gemar brbagi. Insha Allah diusia dewasanya akan terus tertanam semangat berbagi kepada sesama. Menariknya hal itu dilakukan dengan amat sangat menyenangkan dan memuaskan.

Nah, apabila gemar berbagi ini lambat ditanamkan pada diri anak, ia akan menjadi pribadi yang individualistik dan kehilangan empati serta rasa kemanusiaan. Akibatnya ia bukan saja tidak mau berbagi, tetapi juga bisa sampai pada tahap “melawan” semangat berbagi.

Arguentasinya jelas, “Ini uangku kok, ngapain kamu ngatur-ngatur, nyuruh bagi-bagi segala. Kalau mau uang, kerja, belajar, biar pinter dapat pekerjaan. Suruh siapa miskin,” misalnya. Itulah cara berpikir Qarun di masa Nabi Musa dan Tsa’labah di masa Nabi Muhammad ﷺ.

Upaya menanamkan semangat berbagi sejak dini bisa diibaratkan bibit tanaman yang kita tanam dengan baik dan bagus. Kemudian diletakkan di tempat yang subur serta terawat, disiram dan di pupuk dengan bagus maka tumbuh kembang dan buahnya akan memuaskan pemiliknya, begitupula seorang anak jika sejak dini kita jaga, kita arahkan dan dicontohkan maka di usia tuanya akan menebar kebaikan dan manfaat lebih.  

Alquran pun menggunakan ilustrasi tersebut dengan sangat gamblang, bahkan pada tahap ideal, sebuah amal kebaikan berupa sedekah akan dibalas 700 kali lipat.

Jadi, ayo berlomba-lomba mendidik putra-putri di rumah sejak dini untuk gemar berbagi. Rasulullah ﷺ bersabda,

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893)

Dalam Syarah Bulughul MaramSyaikh Sa’ad bin Nashir Asy Syastry hafizhahullah menjelaskan bahwa :

Pertama,  Orang yang menunjukkan kebaikan maka akan mendapatkan pahala karena telah menunjukkan kebaikan serta pahala orang yang mengikutinya.

Kedua, Amal yang bisa dirasakan oleh orang lain lebih besar manfaatnya dibandingkan amal yang manfaatnya terbatas untuk diri sendiri

Ketiga, Hadits ini mencakup orang yang menunjukkan kebaikan kepada orang lain dengan perbuatannya, meskipun tidak dengan lisannya. Seperti orang yang menyebarkan buku-buku yang bermanfaat, berakhlak mulia dan berpegang teguh dengan syariat Islam agar manusia juga bisa meneladaninya.

Keempat, Keutamaan mengajarkan ilmu dan besarnya pahala seorang pengajar yang mengharapkan pahala di akhirat. Kebaikan yang tertanam sejak dini akan terus mengalir hingga kita terpanggil dihadapan Allah SWT seraya mempertanggung jawabkan apa yang telah diperbuat, mari kita intropeksi diri sudahkah kita mengajari dan mencontohkan kebaikan kepada anak-anak baik anak biologis atau anak ideologis, karena dahsyatnya kebaikan yang akan ia dapatkan.

Hindari rasa bosan dalam membimbing dan mengarahkan kebaikan karena hikmah yang terkandung sangat besar, bukan hanya pribadi kita yang akan mendapatkan nikmatnya sebagai mursyid/penunjuk jalan, tapi lebih dari itu orang lain akan merasakan kebaikan-kebaikan yang kita tanamkan.

Semoga kita dimudahkan oleh Allah SWT dalam membimbing dan mengarahkan anak-anak kepada jalan yang benar, dalam hal ini gemar menebar kebaikan, serta tertanam kesabaran yang kokoh. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKEMBANGAN ESTETIKA DALAM KARYA SENI ERA PRAMODERN, MODERN, POSTMODERN

PERKEMBANGAN ESTETIKA DALAM KARYA SENI ERA PRAMODERN, MODERN, POSTMODERN Oleh : Avinda Khoirunnisa & Erika ABSTRAK Estetika diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni. Pandangan ini mengandung pengertian yang sempit. Dewasa ini estetika tidak semata-mata membahas keindahan saja dalam seni atau pengalaman estetis, tetapi juga gaya atau aliran seni, perkembangan seni dan sebagainya. Dikaitkan dengan karya seni pada periode pramodern, modern dan postmodern, artikel ini mengajukan argumen tentang perkembangan estetika dari masa ke masa. Artikel ini mendiskusikan bagaiamana pembagian era dalam perkembangan filsafat seni atau estetika. Serta bagaimana perkembangan esetika dalam karya seni yang berbeda pada setiap era tersebut. Argumen didasarkan pada pemahaman bahwa karya seni pada setiap periode memiliki karakter keindahan masing-masing. Diskusi juga dikaitkan dengan teori para tokoh filsuf yang ikut berperan d...

Pengertian Kesenjangan Sosial: Bentuk, Faktor, Dampak, dan Solusinya

Pengertian Kesenjangan Sosial: Bentuk, Faktor, Dampak, dan Solusinya  Kesenjangan sosial merupakan suatu kondisi dimana ada hal yang tidak seimbang di dalam kehidupan masyarakat. Entah itu secara personal maupun kelompok. Dimana ada ketimpangan sosial yang terbentuk dari sebuah ketidakadilan distribusi banyak hal yang dianggap penting oleh masyarakat. Kesenjangan tersebut seringkali dikaitkan dengan adanya suatu bentuk perbedaan yang sangat nyata serta dapat dilihat dalam segi keuangan masyarakat, seperti kekayaan harta. Terlebih untuk hal kesenjangan dalam bidang ekonomi. Sekarang ini sangat mudah dilihat dari adanya potensi serta peluang yang tidak sama dalam posisi sosial di masyarakat. Selain hal di atas, kesenjangan juga dapat dilihat dari adanya ketidaksetaraan antara barang, jasa, hukum, dan kesempatan yang didapatkan oleh setiap individu. Pengertian Kesenjangan Sosial Menurut Para Ahli Supaya kita lebih memahami apa arti kesenjangan sosial. Maka Penulis akan memberikan info...

Islam Dan Pancasila

Islam Dan Pancasila Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Membuat kategori antara Islam dan Pancasila sebagaimana dalam judul tulisan ini sebenarnya kurang tepat. Ketika membuat kategori dengan menyebut Islam, maka yang seharusnya disebut pula adalah jenis agama lain, misalnya Hindu, Budha, Kristen, Katholik, dan seterusnya. Sementara itu, ketika menyebut pancasila, maka yang disebut lainnya, agar kategori itu sekufu, adalah sosialis, komunis, liberalis, dan lain-lain. Islam adalah sebuah agama, sementara itu Pancasila adalah merupakan filsafat hidup dalam berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, dalam negara Pancasila, Islam bisa hidup dan berkembang, bahkan sangat diperlukan. Demikian pula, konsep Pancasila akan menjadi semakin jelas ketika masyarakatnya menjalankan agamanya masing-masing. Mendasarkan pada konsep Pancasila, negara berkepentingan menjadikan rakyatnya beragama. Itulah sebabnya sekalipun negara ini bukan berdasarkan agama, tetapi menghendaki agar rakyatnya menjalanka...