Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label bulughul maram

Tiga Hadist Tentang Ucapan Salam

 Adab: Tiga Hadits tentang Ucapan Salam Bagaimanakah cara mengucapkan salam? Tiga hadits berikut sudah sangat membantu dengan mengajarkan bagaimanakah cara mengucapkan salam. Hadits #1453 وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه  قَالَ: [قَالَ] رَسُولُ اَللَّهِ  صلى الله عليه وسلم لِيُسَلِّمْ اَلصَّغِيرُ عَلَى اَلْكَبِيرِ, وَالْمَارُّ عَلَى اَلْقَاعِدِ, وَالْقَلِيلُ عَلَى اَلْكَثِيرِ  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: – وَالرَّاكِبُ عَلَى اَلْمَاشِي Dari Abu Hurairah  radhiyallahu ‘anhu , ia berkata bahwa Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, “ Hendaklah yang kecil memberi salam pada yang lebih tua, hendaklah yang berjalan memberi salam pada yang sedang duduk, hendaklah yang sedikit memberi salam pada yang banyak .” ( Muttafaqun ‘alaih ) [HR. Bukhari, no. 3231, 3234, dari jalur ‘Atha’ bin Yasar; no. 6232; Muslim, no. 2160 dari jalur Tsabit bin Al-Ahnaf, bekas bukda ‘Abdurrahman bin Zaid, ketiga jalur ini dari Abu Hurairah, dari Nabi  shallallahu ‘al

BIOGRAFI AL - HAFIZH IBNU HAJAR AL ASQALANI

BIOGRAFI  AL-HAFIZH  IBNU HAJAR AL-ASQALANI (12 Sya’ban tahun 773H sd 28 Dzulhijjah 852H) Pada akhir abad kedelapan hijriah dan pertengahan abad kesembilan hijriah termasuk masa keemasan para ulama dan terbesar bagi perkembangan madrasah, perpustakaan dan halaqah ilmu, walaupun terjadi keguncangan sosial politik. Hal ini karena para penguasa dikala itu memberikan perhatian besar dengan mengembangkan madrasah-madrasah, perpustakaan dan memotivasi ulama serta mendukung mereka dengan harta dan jabatan kedudukan. Semua ini menjadi sebab berlombanya para ulama dalam menyebarkan ilmu dengan pengajaran dan menulis karya ilmiah dalam beragam bidang keilmuan. Pada masa demikian ini muncullah seorang ulama besar yang namanya harum hingga kini  Al-Haafizh  Ibnu Hajar Al-‘Asqalani. Berikut biografi singkat beliau: Nama dan Nashab Beliau bernama Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kannani Al-Asqalani Al-Mishri. (Lihat  Nazhm Al-‘Uqiyaan Fi A

NIKAH MUT'AH

Padahal Nikah Mut’ah Dilarang Hingga Hari Kiamat Tahu bagaimanakah nikah mut’ah yang dilariskan orang Syiah (Rafidhah) ternyata adalah nikah yang diharamkan sampai hari kiamat?   [Hadits #998] وَعَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ – رضي الله عنه – قَالَ : – رَخَّصَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – عَامَ أَوْطَاسٍ فِي اَلْمُتْعَةِ , ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ , ثُمَّ نَهَى عَنْهَا – رَوَاهُ مُسْلِمٌ Dari Salamah bin Al-Akwa’  radhiyallahu ‘anhu , ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi kelonggaran untuk nikah mut’ah selama tiga hari pada tahun Awthas (tahun penaklukan kota Makkah). Kemudian beliau melarangnya.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 1405] [Hadits #999] وَعَنْ عَلَيٍّ – رضي الله عنه – قَالَ : – نَهَى رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – عَنْ اَلْمُتْعَةِ عَامَ خَيْبَرَ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ Dari Ali  radhiyallahu ‘anhu , ia berkata, “Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang nikah mut’ah pada waktu perang Khaibar.” ( Muttafaqun ‘alaih

PERDAMAIAN ( DALAM URUSAN JUAL BELI )

Hadits Tentang Perdamaian Dalam Urusan Muamalah  KITAB JUAL BELI      BAB PERDAMAIAN بَابُ  اَلصُّلْح ِِِِِِِِِِ ِِ Hadits No.  895 Dari Amar Ibnu Auf al-Muzany Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah saaw. bersabda: “Perdamaian itu halal antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan hal yang haram atau menghalalkan hal yang haram. Kaum muslim wajib berpegang pada syarat-syarat mereka, kecuali syarat yang mengharamkan hal yang halal atau menghalalkan yang haram.” Hadits shahih riwayat Tirmidzi. Namun banyak yang mengingkarinya karena seorang perawinya yang bernama Katsir Ibnu Abdullah Ibnu Amar Ibnu Auf adalah lemah. Mungkin Tirmidzi menganggapnya baik karena banyak jalannya.   َ عَنْ عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ اَلْمُزَنِيِّ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( اَلصُّلْحُ جَائِزٌ بَيْنَ اَلْمُسْلِمِينَ, إِلَّا صُلْحاً حَرَّمَ حَلَالاً وَ أَحَلَّ حَرَاماً، وَالْمُسْلِمُونَ عَلَى شُرُوطِهِمْ, إِلَّا شَرْطاً حَرَّمَ حَلَالاً وَ أَحَلَّ حَرَاماً )  رَوَاهُ اَل

SHALAT TATHAWWU ( SUNNAT )

 Shalat Tathawwu KITAB SHALAT      BAB SHALAT THATHAWWU َ بَابُ صَلَاةِ اَلتَّطَوُّع ِ Hadits No. 37 4 Rabiah Ibnu Malik al-Islamy Radliyallaahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda padaku: “Mintalah (padaku).” Aku menjawab: Aku memohon dapat menyertai baginda di syurga. Beliau bertanya: “Apakah ada yang lain?” Aku menjawab: Hanya itu saja. Beliau bersabda: “Tolonglah aku untuk mendoakan dirimu dengan banyak sujud.” Diriwayatkan oleh Muslim.   َ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ كَعْبٍ الْأَسْلَمِيِّ -رِضَى اَللَّهُ عَنْهُ- قَالَ : ( قَالَ لِي اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم سَلْ . فَقُلْتُ : أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي اَلْجَنَّةِ . فَقَالَ : أَوَغَيْرَ ذَلِكَ ? , قُلْتُ : هُوَ ذَاكَ , قَالَ : ” فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ اَلسُّجُودِ )  رَوَاهُ مُسْلِمٌ . Hadits No. 37 5 Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku menghapal dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam 10 rakaat yaitu: dua rakaat sebelum Dhuhur, dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah maghrib di

Wudhu ( Bahas Tuntas )

HUKUM BERSIWAK KETIKA BERWUDHU HADITS KE-32 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – عَنْ رَسُولِ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: – لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ – أَخْرَجَهُ مَالِكٌ, وأَحْمَدُ, وَالنَّسَائِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة َ Dari Abu Hurairah  radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, “ Seandainya bukan karena khawatir akan menyusahkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali berwudhu .” (HR. Malik, Ahmad, dan An-Nasai, disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah). [HR. Malik dalam Al-Muwatha’, 1:66,115 secara mauquf, sampai pada sahabat, dan Ibnu ‘Abdil Barr mengatakan bahwa hadits ini marfu’, sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam; Ahmad, 16:22; An-Nasai dalam Al-Kubra, 3:291; Ibnu Khuzaimah, 140.  Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim . Lihat  Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Mara